

Dialog yang saya ingat dari Mahar..
“musik jazz, boooy, mu-sik-jazz! *sambil menyodorkan radio bututnya ke telinga Ikal* Musiknya orang-orang pintar...*melihat tampang Ikal yang bingung* ahh, ndak ngerti kau!” trus melengos pergi. Ikal yang terheran-heran lalu membuat tanda miring di keningnya seakan bilang “sinting kau Mahar”..hwehehehe.
Belum lagi beberapa scene yang lucu-lucu bin gokil seperti saat Mahar cari inspirasi untuk pertunjukan karnaval 17an mewakili sekolahnya. Joget-joget sendiri di tengah lapangan, mukul-mukul alat musik tabla, naek sepeda sambil ngelamun, naik ke atas pohon, sampai-sampai untuk minum pun harus dibawakan temannya. Atau waktu Mahar kemana-mana bawa radio bututnya, menjemur batere karatan supaya bisa dipake lagi *nggak ngerti knp batere kalo dijemur bisa hidup lagi? Ada yang tau? Pelajaran sekolah, lupa euy*. Atau waktu Mahar en de gank pergi ke dukun Tuk Bayan Tula supaya bisa lulus ujian. Akhirnya sebuah kertas pemberian sang dukun, hasil usaha mereka mempertaruhkan nyawa di tengah badai lautan saat menyeberang ke Pulau Lanun hanya bertuliskan “kalau ingin berhasil, usaha..kalau ingin pintar, belajar...” hehehe, untuk kali ini saya berada di pihak dukun.

Temen-temen kampus aja pada bilang ginih,,,
“waa, yang jadi Mahar cakep ya?” wedew..
”eh, yang jadi Mahar nama aslinya sapa, May?” Veris neng.
”May, lagunya yang dinyanyiin Mahar, yang Bunga Seroja itu, gimana awalnya?” walaah, masa saya disuruh nyanyi? Ya udah, saya cuma bilang “itu loh,,,mari menyusun seroja bunga seroja..” tanpa nada tentu saja.
Meskipun demikian dipuja di film, ternyata dalam novel sendiri Mahar diceritakan sebagai anak yang agak aneh. Mahar adalah sesosok anak dengan kejeniusan 180 derajat berbeda sama sekali dengan Lintang. Jika lintang mempunyai otak kiri super, maka otak kanan super adalah milik Mahar.
“Mahar memiliki hampir setiap aspek kecerdasan seni yang tersimpan seperti persediaan amunisi kreativitas dalam lokus-lokus di kepalanya. Kapasitas estetika yang tinggi melahirkannya sebagai seniman serba bisa. Ia seorang pelantun gurindam, sutradara teater, penulis yang berbakat, pelukis natural, koreografer, penyanyi, pendongeng yang ulung, dan pemain sitar yang fenomenal. Mahar sangat imajinatif dan tak logis – seorang dengan bakat seni yang sangat besar. Sesuatu yang berasal dari Mahar selalu menerbitkan inspirasi, aneh, lucu, janggal, ganjil, dan menggoda keyakinan. Namun karena otak kanannya benar-benar aktif maka ia menjadi penghayal luar biasa. Di sisi lain ia adalah magnet, simply irresistable! (=sangat menarik!)” – itu adalah salah satu kutipan di novel, yang sepertinya sudah menggambarkan definisi Mahar secara keseluruhan.

“Bakat laksana Area 51 di Gurun Nevada, tempat di mana mayat-mayat alien disembunyikan: misterius! Jika setiap orang tahu dengan pasti apa bakatnya maka itu adalah utopia. Sayangnya utopia tidak ada dalam dunia nyata. Seringkali ia harus ditemukan. Pelajaran moral nomer empat: ternyata nasib yang juga sangat misterius itu adalah seorang pemandu bakat! =D”
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskaa maii klo batre di jemur ituuh gunanya bwt menarik sisa2 elektron yg tertinggal di batre jdinya bisa nyala deh *tau deh bener apa kagak* . ciee blog baruuu slamattt iiaaa aku promosiinn biar byk yg datengg
BalasHapusiyah2, kagak ngarti saya tentang fisika2an..
BalasHapushoo, maturtengkyu very muchhh neng geuliiiisss ^^ hehehe