Senin, 21 Desember 2009

Berbakatkah???????

Berbakatkah?

beberapa hari yang lalu gua abis baca Princess in Waiting (sang putri beraksi) karangan Meg Cabot untuk kesekian kalinya. nggak habis pikir kenapa orang seperti amelia thermopolis itu begitu khawatir mengetahui bahwa dirinya nggak punya bakat. maksud gua, gua sendiri yang juga nggak tau bakat gua apa aja nyantai2aja. padahal praktis gua dikelilingi oleh banyak orang berbakat yang --untungnya-- mau jadi temen gua..

sedangkan gua? gua gak punya bakat apa-apa coy..

waktu 3 tahun pertama di SD ortu gua berusaha mencari bakat gua dengan memasukkan ke sanggar tari jawa. di sini gua seneng banget karena namanya anak kecil, menari adalah sebuah permainan yang lain yang bisa mereka lakukan sambil mengelilingi ruangan luas dengan diiringi musik, tentu saja juga propertinya seperti kipas, boneka, kendi, bahkan busur panah. tapi kemampuan menari jawa itu ternyata nggak melekat sempurna pada diri gua, saat gua sadar nilai muatan lokal Seni Tari gua cuma dapet ENAM, dan bukannya delapan, waktu gua SMP.

ngobrol-ngobrol gua baru inget salah satu alasan gua punya boneka adalah gua ikut les tari ini. itu pun cuma buat properti tari, bukan dipake buat mainan seperti anak cewe normal lainnya. makanya sampe sekarang gua heran aja gitu ada remaja tingkat akhir, yang bahkan udah kuliah di fakultas kedokteran, tapi tampang dashboard mobilnya lebih mirip etalase toko boneka. lo semua bahkan sulit percaya kalo yang gua liat SELURUH kaca mobilnya dikelilingi oleh boneka, tolong deh.

setelah itu beralih ke sanggar tari bali sampai kelas 6. di situ gua makin tertekan karena tari bali tidak sesuai dengan kepribadian gua yang jawa abis. bukannya gua rasialis, tapi cuma satu tarian yang gua suka yaitu Panji Semirang, soalnya di tari itu lo nggak harus menggoyangkan pantat lo sesering tarian lainnya, karena ini tarian prajurit cewe bersenjatakan kipas (atau yang gua tangkep selama ini). belom lagi gurunya galak :( gua sering bolos dan jadi anak aneh tanpa bakat, wkwkwk.

beranjak SMP gua dimasukkin ke kursus piano pop sebuah merek yang memproduksi alat musik dan juga kendaraan bermotor (aneh kan?), yang cuma sampai step 4 awal. beruntung gua masi bisa ikut festival di akhir step 3 dengan membawakan lagu my love (kalo gak salah inget) sampai ke akhir lagu, karena dengan nggak-sengaja-tapi-kenapa-harus-terjadi, partner gua yang pegang keyboard nggak bisa menghentikan suara-suara aneh dari keyboardnya hanya karena dia lupa memencet tombol keylock setting, waaaaa. hal itu membuat gua trauma maen musik di depan umum, dan gua rasa kemampuan bermusik gua lenyap seiring trauma gua yang sayangnya permanen.

lihat kan? betapa gua nggak punya bakat, tapi gua nyantai wae bos. jadi kalo ada orang yang nangis histeris gara-gara dirinya BERKALI-KALI gagal audisi pencarian bakat menyanyi..., hey sobat, itulah hidup, dan sadarlah hidup lo bukan untuk menyanyi.. setidaknya nyanyian lo tidak dihargai di depan publik. dan mulailah membuka diri dengan hal lain yang mungkin saja jadi bakat lo. jadi..
selamat mencari.. x)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.